23 Desember, 2009

Penguasaan IPTEK Adalah Sebuah Keharusan

PENGUASAAN IPTEK SEBUAH KENISCAYAAN BAGI UMMAT ISLAM

Beberapa konsep mendasar yang diungkap oleh Al Qur’an tentang keberadaan ilmu adalah: Ayat Al Qur’an yang pertama diturunkan bukan berbicara tentang ekonomi, politik dan keluaga, tetapi bersentuhan dengan indikator ilmu (Q.S. 96/ Al ‘Alaq:1-5). Hakikatnya segala ciptaan Allah S.W.T yang ada di langit dan di bumi hanya diperuntukkan bagi orang yang berilmu pengetahuan, bukan untuk orang yang “bodoh” (QS. 29/ Al Ankabut:43). Allah S.W.T akan mengangkat derajat yang tinggi setiap hamba-Nya yang beriman dan berilmu pengetahuan (Q.S 58/ Al Mujaadalah:11). Hamba yang takut kepada Allah S.W.T adalah hamba yang berilmu pengetahuan (ulama) (Q.S. 35/ Faathir: 28). Allah S.W.T memperlakukan sangat beda antara hamba-Nya yang menguasai Iptek dan yang tidak menguasai Iptek (Q.S. 39/ Az Zumar: 9). Lebih dari 780 ayat Al Qur’an menyinggung tentang pentingnya science (ilmu pengetahuan) dalam kehidupan di dunia (Ghulsyani,1994). Permasalahannya adalah: Mengapa kondisi ummat Islam dewasa ini tidak berada dalam posisi elit, sebagai pengendali dunia dengan penguasaan Iptek yang tinggi sebagaimana yang dianjurkan Al Qur’an?; dan mengapa penguasaan Iptek dewasa ini oleh ummat Islam merupakan suatu keharusan (keniscayaan)?. Dua permasalahan inilah yang akan dianalisis dalam makalah singkat ini, semoga menjadi bahan renungan bersama.
Banyak faktor yang menyebabkan kondisi ummat Islam dewasa ini tidak mampu meraih posisi elit dalam percaturan kehidupan global, antara lain: Pertama, mayoritas sikap mental, motivasi ummat Islam dalam membaca, menulis dan meneliti tentang fenomena sosial-alam adalah sangat rendah. Mentalitas dan perilaku inovatif, kreatif dan selalu tidak puas terhadap karya yang ada ummat Islam relatif rendah. Hal ini terjadi, faktor penyebabnya adalah kesalahan sistem dakwah, yang lebih mengkondisi manusia untuk tidak kreatif-inovatif. Sistem dakwah Islamiah dewasa ini melupakan prinsip/ makna yang dianjurkan Al Qur’an, yaitu bil hikmah (kebajikan/ secara multidimensional), al maw’idhatul hasanah (wacana keilmuan yang baik) dan al mujadalah al hasanah (dialog-diskusi menuju kualitas hidup) (Q.S. 16/ An Nahl:125). Sistem dakwah yang meniadakan tiga prinsip tersebut hanya akan mengubur ummat Islam kedalam ketidakberdayaan hidup; Kedua, mayoritas sikap mental dan pola perilaku sehari-hari ummat Islam masih mencerminkan disintegrasi dalam membangun ukhuwwah Islamiah. Perbedaan sudut pandang dalam fiqih, perbedaan organisasi dakwah dan perbedaan sarana ibadah dijadikan/dianggap sebagai kriteria/ukuran “keridhaan Allah S.W.T”, yang kemudian menjastifikasi perilaku perpecahan dan konflik antar ummat Islam. Sikap ummat Islam lebih bersikat eksklusif, primordialisme golongan mewarnai aplikasi ibadah. Realitas sikap mental dan perilaku ummat Islam tersebut tentu sangat memudahkan bagi musuh Islam untuk tetap menjadikan ummat Islam sebagai kelompok yang termarjinalkan; dan Ketiga, tingkat pemahaman ummat Islam pada kitab suci Al Qur’an dan Sunnah lebih bersifat tekstual daripada kontekstual atau hanya sebatas lahir atau kulitnya. Hanya dengan pemahaman secara integratif tekstual-kontekstual terhadap pesan-pesan suci Al Qur’an dan sunnah Rasulullah s.a.w. ummat Islam akan mampu menyikapi beragam problem kehidupan dunia yang kompleks/ multidimensional, sehingga ummat Islam mampu meraih posisi elit (khaira ummah) dalam kehidupan di dunia.
Basic problem (problem dasar) yang menjadi akar penyebab semua permasalahan ummat Islam dewasa ini adalah “rendahnya kualitas sumber daya manusia muslim dalam penguasaan Iptek”. Oleh karena itu solusi utama dalam memecahkan seluruh problem ummat Islam adalah, semua ummat Islam harus segera melakukan rekonstruksi bahkan bila perlu dekonstruksi sikap mental dan pola perilaku sehari-hari untuk: (1) mencinta perkembangan Iptek (Q.S 58/ Al Mujaadalah:11); (2) dinamik, kompetitif dalam mencapai keunggulan/ kualitas hidup (Q.S.2/ Al Baqarah: 148); (3) selalu tidak puas terhadap karya yang telah dicapai (Q.S. 94/ Al Insyirah: 7-8); (4) mensterilkan keimanan dari unsur kesyirikan (Q.S. 6/ Al An’am: 82); (5) selalu berinovasi/ hijrah (membaharui) dan bersungguh- sungguh dalam menjalani perencanaan hidup (Q.S. 8/ Al Anfal: 74); dan (6) saling tolong menolong untuk meraih kualitas dan keunggulan hidup (Q.S. 5/ Al Maidah: 2 dan Q.S. 49/ Al Hujurat: 10).
Al Qur’an sebagai kitab suci ummat Islam, semestinya harus menjadi rujukan, pedoman pokok semua aktifitas hidup sehari-hari baik secara individu atau berkelompok. Bahkan bila perlu ummat Islam menganggap “haram” membaca/ mengkaji/ menganalisis informasi dari sumber-sumber bacaan lain sebelum terlebih dahulu membaca/ mengkaji dan menganalisis informasi dari Al Qur’an. Hal ini disebabkan Al Qur’an: (1) sebagai pedoman hidup manusia (Q.S.45/ Al Jaatsiyah:20); (2) sebagai penerang/penjelas segala sesuatu dalam hidup ini (Q.S. 16/ An Nahl: 89); (3) sebagai pengungkap/ tidak ada yang tersembunyi apa saja di jagat raya ini, semua ada dalam kitab suci (Q.S. 34/ As Sabak: 3); dan (4) mencakup apa saja yang diperlukan bagi petunjuk dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat (Q.S. 6/ Al An’am: 38 dan Q.S. 16/ An Nahl:89). Agar ummat Islam mampu memahami dan mengaplikasikan isi Al Qur’an disetiap aspek kehidupannya menuju predikat khairu ummah di dunia, maka ummat Islam harus terus meningkatkan kualitas ilmu dan ketrampilannya, dengan kata lain ummat Islam harus menguasai Iptek.
Beberapa ayat Al Qur’an yang menyinggung betapa pentingnya ummat Islam menguasai Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) untuk mencapai keunggulan hidup, antara lain: (1) Allah S.W.T memerintahkan agar ummat Islam selalu melakukan observasi terhadap segala fenomena sosial-alam, untuk meningkatkan kedekatannya kepada Allah S.W.T (Q.S. 3/ Ali Imran: 190-191); (2) Allah S.W.T memciptakan segala sesuatu menurut ukurannya (Q.S. 15/ Al Hijr: 19), ciptaan yang serba berpasang-pasangan tersebut agar manusia mengingat akan kebesaran Allah S.W.T/ menjadi peringatan (Q.S. 51/ Zaariaat:49); (3) Hakikat perintah shalat disamping mencegah perbuatan keji dan mungkar adalah untuk membangun sikap mental manusia agar menghargai/ disiplin terhadap waktu (Q.S.4/ An Nisaak: 103); (4) Perintah untuk mengembangkan teknologi (kapal) dengan memperhatikan petunjuk wahyu Allah S.W.T, dan jangan ikuti orang-orang yang dhalim (Q.S. 11/ Hud: 37); (5) Perintah Allah S.W.T untuk membuat/ mengembangkan teknologi baju dari besi dan perintah mengerjakan amal shalih (Q.S. 34/ As Sabak: 10-11); (6) Perintah untuk memperhatikan dampak negatif dari pengembangan teknologi. Oleh karena itu dilarang untuk menimbulkan kerusakan/pencemaran di muka bumi (Q.S.7/ Al A’raaf: 56); (7) Allah S.W.T memerintahkan agar manusia mengkaji seluruh aspek alam dan menemukan misteri penciptaan-Nya (Q.S. 29/ Al Ankabuut: 20); dan (8) Allah S.W.T memerintahkan manusia untuk memahami hukum-hukum alam dan mengeksploitasinya untuk kesejahteraan ummat manusia dengan tidak melampaui batas syariah (Q.S. 55/ Ar Rahman: 5-9). Masih banyak prinsip dalam Al Qur’an yang menyinggung tentang pentingnya ummat Islam untuk menguasai Iptek demi terwujudnya kesejahteraan hidup ummat manusia di dunia.
Berdasarkan beberapa ayat Al Qur’an tersebut diperoleh kesimpulan, bahwa ummat Islam wajib mengusai Iptek dengan tetap memperhatikan syariah dan semua pengembangan Iptek harus memperkokoh tauhid dan memberi kemaslahan ummat.

0 comments:

 

blogger templates | Make Money Online